Tulungagung, 10 September 2025
Program Energi Pagi Radio Perkasa FM menggelar talkshow interaktif bertajuk “TBC Diam-Diam Menghanyutkan” yang menyoroti situasi dan tantangan penanggulangan Tuberkulosis (TBC) di Kabupaten Tulungagung.
Acara ini menghadirkan dua narasumber, yaitu Dr. Desi Lusiana Wardhani, S.KM., M.Kes., Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, dan Cut Mala Hayati Anshari, S.KM., Ketua Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera (YABHYSA) Tulungagung, dengan Amir Fatah sebagai pembawa acara.
Data dan Tantangan Penanggulangan TBC
Dalam talkshow tersebut, Dr. Desi memaparkan bahwa hingga 8 September 2025, penemuan kasus TBC di Tulungagung baru mencapai 1.133 kasus, atau 39,57% dari target 2.863 kasus. Angka tersebut menunjukkan bahwa proses pelacakan dan penemuan kasus masih perlu diperkuat agar pasien terduga TBC dapat segera teridentifikasi dan memperoleh pengobatan yang tepat.
Dr. Desi juga menyampaikan bahwa dari seluruh pasien positif TBC, 93% telah memulai pengobatan, sementara 7% lainnya belum menjalani terapi. Beberapa penyebab di antaranya adalah penolakan pengobatan oleh pasien, pasien meninggal sebelum pengobatan dimulai, serta perpindahan alamat pasien, baik ke wilayah lain maupun luar kota. Kondisi ini menunjukkan perlunya sinergi antara tenaga kesehatan, dinas kesehatan, komunitas, dan masyarakat dalam memastikan seluruh pasien memperoleh layanan pengobatan.
Upaya dan Advokasi Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung juga terus memperkuat upaya advokasi, baik dengan pemerintah daerah maupun lintas sektor. Advokasi dilakukan untuk memastikan adanya dukungan kebijakan yang mendukung program kerja pemerintah dalam penanggulangan TBC, sekaligus sejalan dengan arah kebijakan nasional dalam mewujudkan Asta Cita Presiden RI.
Selain bekerja sama dengan pemerintah daerah, advokasi juga dilakukan dengan sejumlah instansi terkait seperti Dinas Pendidikan, Dinas Tenaga Kerja, dan Dinas Pekerjaan Umum. Upaya ini bertujuan menciptakan pemahaman bersama, membangun kesadaran, serta memperkuat komitmen antar lembaga dalam mendukung program eliminasi TBC di Tulungagung.
Target Eliminasi 2030: Realistis tetapi Menantang
Ketua YABHYSA Tulungagung, Cut Mala Hayati Anshari, menjelaskan bahwa target eliminasi TBC nasional pada tahun 2030 merupakan tujuan yang realistis untuk dicapai, namun memerlukan kerja keras yang berkelanjutan. Keberhasilan eliminasi TBC sangat bergantung pada peningkatan efektivitas upaya di lapangan, seperti peningkatan deteksi kasus, kepatuhan pengobatan, serta pengendalian faktor risiko di masyarakat.
Cut Mala juga menyoroti pentingnya strategi nasional TBC, pencapaian milestone tahun 2025, serta peningkatan dukungan anggaran sebagai faktor kunci dalam mempercepat pencapaian target eliminasi.
Peran Kader Komunitas YABHYSA
Dalam kesempatan tersebut, Cut Mala turut menjelaskan bahwa kader komunitas YABHYSA berperan penting sebagai ujung tombak program TBC di tingkat desa. Para kader melaksanakan berbagai kegiatan seperti edukasi masyarakat tentang TBC, pengawasan pengobatan, pelacakan kontak erat, serta deteksi dini bagi masyarakat bergejala.
Selain itu, kader juga berperan sebagai Pengawas Menelan Obat (PMO) yang membantu memastikan pasien meminum obat sesuai jadwal, mendampingi pasien selama masa pengobatan, dan mengingatkan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan. Kegiatan kader tidak hanya berfokus pada pemantauan pasien, tetapi juga mencakup pelaporan kasus, investigasi kontak, pengambilan sampel dahak melalui gerakan jemput bola, serta edukasi berkelanjutan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.
TBC: Penyakit yang Sering Tak Disadari
Tema “TBC Diam-Diam Menghanyutkan” dipilih karena penyakit ini sering kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal, meskipun bakteri penyebabnya tetap aktif di dalam tubuh. Kondisi tersebut membuat banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya terinfeksi, hingga akhirnya penyakit berkembang menjadi lebih parah dan berpotensi menular ke orang lain.
Melalui talkshow ini, para narasumber mengingatkan pentingnya kesadaran masyarakat terhadap gejala TBC dan perlunya pemeriksaan dini di fasilitas kesehatan.
Ajakan Bersama Menuju Eliminasi TBC
Sebagai penutup, Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung mengimbau masyarakat untuk mengenali gejala TBC, seperti batuk berdahak yang berlangsung lama, serta segera melakukan pemeriksaan dahak ke fasilitas kesehatan terdekat.
Penyebaran informasi yang benar tentang TBC juga diharapkan dapat membantu masyarakat memahami penyakit ini dengan lebih baik dan mendorong lingkungan sekitar untuk lebih peduli terhadap upaya pencegahan dan pengobatan.
YABHYSA Tulungagung menegaskan bahwa pencapaian target eliminasi TBC tahun 2030 membutuhkan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, tenaga kesehatan, komunitas, dan masyarakat. Dengan kerja bersama dan dukungan berkelanjutan, Indonesia diharapkan dapat mempercepat langkah menuju eliminasi TBC secara nasional.